Tidak ada yang mustahil untuk kejadian di dunia ini. Begitupula
untuk sebuah tulisan. Sebenarnya tulisan ini cukup basi untuk di publikasikan.
Tapi mau bagaimana lagi. Semua kejadian kalau bisa harus di dokumentasikan
untuk mengenang kenangan yang pernah terjadi. Setidaknya ada rekam jejak yang
tertinggal walaupun hanya sebuah tulisan. Pepatah berkata “ gajah mati
meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang , manusia mati
meninggalkan nama. Tapi nama tidak akan di kenang jika tidak memiliki karya,
dan karya itu adalah TULISAN.
Kepergian ini saya anggap dejavu karena seolah-olah saya pernah
kesini tapi ntah kapan. Seolah-olah saya mengenal tempat ini sebelumnya, entah
itu karena alam bawah sadar saya. Karena memang semula saya sangat ingin
menuntut ilmu di gontor putri ngawi tapi tidak kesampaian karena orang tua
berat untuk melepaskan saya. Hehehe… tapi tidak menyurutkan niat saya untuk
tetap pergi ke gontor. Dan akhirnya niat itu tersampaikan pada tanggal 24 dan
25 mei 2013. Alhamdulillah…
Bermula dari pembentukan kepanitiaan Steering komite Safari Iman
Ramadhan 1434 hH, dimana saya di amanahkan kembali menjadi salah satu anggota
steering komite. Disini saya bertindak selaku sekretaris SC dengan ketua Mas
Faris Yusuf Afand, dan anggota Mas Amby Sudiya, Mas Raid Al Faruqi dan Mb Nely
Hidayati. Dengan berbagai pertimbangan kami merumuskan kegiatan dimana kegiatan
itu terbagi menjadi 3 bagian dengan catatan tidak ada kegiatan untuk isra’
mi’raj dan digantikan dengan kegiatan grand opening Ramadhan 1434 H. Kegiatan
grand opening sendiri yaitu Tabligh Akbar yang awalnya ingin menghadirkan KH.
Zarkasyi tapi setelah mendengar beberapa kabar tentang kesehatan beliau
sekaligus ingin mencari pengganti dan memastikan kesehatan beliau, wal akhir
kami memutuskan untuk pergi ke Gontor 1 Ponorogo.
Dengan 7 orang personil yaitu mas Syarif Hidayatullah Hasibuan
selaku supir dan koor divisi acara, mas Ali Hasan Syamsudin selaku “Peta Hidup/
GPS berjalan TMUA “, Mas Epan Saputra, Mas Ami Dwi Ananto dan Mas Rudyanto
selaku teman perjalanan setia selain saya dan nely yang juga anggota SC untuk
melobi Kiai Gontor agar bersedia mengisi tabligh akbar yang sampai H-30 belum
ada spanduk yang terpasang karena masing bingung untuk menentukan hari dan
tanggal yang pas.
Perjalanan yang memakan waktu lebih dari 5 jam yakni dari jam 2
siang hingga jam 8 malam baru sampai di ponorogo karena belum mengerti medan
perjalanan. Sesampai disana lansung menunaikan shalat isya untuk putra dan kami
lansung ke penginanpan akhwat . selepas isya kami lansung menuju rumah KH.
Zarkasyi, tapi insiden kembali muncul, sandal AMI kena ghosob santri. “ semoga
menjadi lading kebaikan dan memperlancar urusan kita ya ami” . dan karena
tidak munkin untuk ghasab balik akhirnya berangkatlah ami tanpa sandal. Tapi
sebelumnya kami menyempatkan diri berfoto ria dengan suasana malam Gontor.
di depan masjid legendaris gontor
di bawah cahaya lampu majid
ruang ujian gontor
suasana malam di gontor
rumah dinas kiai rois
gedung lembaga
doa " semoga bisa menempati rumah itu suatu saat nanti" amien.. hehe
di persimpangan jalan
Sebenarnya saya sempat kikuk karena dikira santriwati yang ingin
ambil ijazah . tapi tak mengapalah namanya juga dejavu. Hehe
Awalnya sempat grogi untuk sekedar mengetuk pintu rumah kiai besar
dan salah sasaran karena yang dikira rumah beliau adalah rumah yang dipakai
untuk syuting “Negeri 5 Menara” ternyata itu adalah rumah dinas beliau. Dan
rumah beliau sendiri tak jauh dari rumah tersebut. Sesampai disana kami
disambut oleh anak beliau yang juga ustadz di gontor begitu kata nely. Setelah
beramah tamah dan melihat konidisi beliau akhirnya kami memutuskan untuk pamit
setelah sebelumnya meminta wejangan dari beliau. Dan karena tidak memungkinkan
beliau untuk mengisi tabligh akbar. Maka malam itu kami lansung menuju kantor
sekretaris gontor untuk melobi ustadz hasan sahal. Beliau belum mengiyakan dan
meminta saya selaku sekretaris OC untuk mengirimkan surat dan proposal serta
menentukan harinya. Saya setujui hal itu dan di kemudian hari setelah
musyawarah dengan ketua oc yang lansung disetujui. Tapi sempat ada kendala karena saya lupa
memberitahu ketua SC akhirnya di setujui hari dan tanggal pelaksanaannya. Alhamdulillah
Malam setelah lobi kami masih melihat suasana di gontor yang memang
sibuk tanpa jeda untuk berhenti. Di sudut manapun ada santri yang belajar
walaupun tidak ujian.
Keesokan hari, kami sempatkan diri untuk melihat suasana gontor
sebelum kembali ke jogyakarta. Berhubung hari tersebut adalah ujian nihaiyah
maka saya sempatkan untuk melihat soal yang ternyata tidak jauh berbeda dengan
soal saya dulu ujian di pondok.
Setelah dari gontor kami sempatkan ke ISID GONTOR di siman yang
tidak jauh dari gontor dengan tujuan untuk menemui ustadz zarkasyi tapi urung
dilakukan karena keadaan disana sangat sepi. Dan kami akhirnya keliling untuk
mengenal tempat tersebut. Walapun pulang dengan hasil yang kurang memuaskan
setidaknya kami tidak pulang dengan tangan hampa.
Wal akhir, karena waktu yang memang mendesak untuk pulang, akmi
tidak sempat melanjutkan jalan-jalan. Tapi sbelumnya menyempatkan diri ke
pondok walisongo ngabar untuk menyampaikan titipan ruzun. Dan ternyata baru
saya sadari, pulang pergi ke gontor tidak sedikitpun saya tertidur di mobil
karena memang tidak bisa tidur, hehehe….. ala kulli hal, perjalanan ini adalah
surprise yang tak terhingga dari sang pemilik hidup. Semoga apa yang kami
lakukan bisa menjadi tabungan amal kami kelak di yaumil hisab, amien…