Sabtu, 30 November 2013

Duhai Wanita, Kan kau bawa kemana cantikmu ?

Permata dunia adalah wanita sholehah

 Dalam islam, wanita di ibaratkan seperti ratu yang tidak sembarangan orang bisa melihat dan  menyentuh. di ibaratkan barang mahal bukan obralan yang seenaknya di pilah dan dipilih. "Ad dunya mataa'un , wa khoiru mata'ud dunya Al Mar'aatu As Sholihah ". dunia ini adalah ladang yang penuh dengan permata. banyak permata yang bisa di dapatkan dalam keseharian kita beraktifitas. termasuk permata yang ainiyah maupun yang ghoiru ainiyah. Harta, jabatandan kedudukan adalah hal mutlak yang selalu menjadi objek pembicaraan, perkelahian, permusuhan hingga pembunuhan. Kasus kejahatan pertama dalam debut sejarah manusia adalah kejahatan habil dan qobil karena wanita. 

Wanita itu indah, menyejukkan mata bila di pandang jika ia shalihah, akan tetapi racun yang mematikan jika dia tidak beriman. Sesungguhnya semua manusia itu di ciptakan untuk beribadah kepada Allah. dan tidak ada selain itu. dengan kata lain wanita itu mempunyai tujuan hidup yang jika di telaah dan dikaji ada 4 yaitu :

1. hidup hanya untuk beribadah kepada Allah
2. menjaga tauhid yang ia miliki dengan benar
3. mematuhi ajaran agamanya yaitu menutup aurat
4. serta ta'at kepada orangtua dan suaminya.

Tidaklah banyak, tapi betapa susah untuk di jalankan. godaan syaithon dalam bentuk jin dan manusia amat sangat banyak tak terhingga bahkan tak terperi. begitu mudah bagi manusia terutama wanita untuk melakukan dosa. baik itu yang nampak maupun yang tersembunyi. contoh yang paling mudah adalah riya' dan syirik yang tiap hari kita lihat dan kita rasakan. maka oleh karena itu jagalah adik, ibu, dan saudara perempuan dari hal yang demikian. agak terhindar dari api neraka. karena dosa itu terllau mudah untuk dilakukan dan terlalu susah untuk dijauhi. 

duhai muslimah, hidup didunia ini sangat sebentar. mari bersama menjaga kesucian diri hingga kita bersama bertemu di surga-Nya nanti. jauhkan diri dari siksa dan azab yang kami tidak sanggup melihat dan merasakannya. jauhkan kami dari rasa riya dan keiningan untuk menduakanmu ya Allah "Allahumma inni a'uzubika an usyrika bika wa ana a'lamu wa astaghfiruka bima la a'lamu "   Amien ya robbal alamien...




Senin, 18 November 2013

Titik Nadir, Labil dan Kepekaan

Titik nadir indentik dengan artian titik terendah pada seseorang dalam kehidupannya, tidak melulu pada harta dan kekayaan bisa disebut titik nadir tapi juga pada sosial, ketenangan diri dan lain sebagainya. sebenarnya jika seseorang mengenal Allah lebih dari siapapun tidak akan mengenal yang namanya titik nadir. tapi mau gimana lagi jika memang telah di ciptakan dalam diri masing-masing manusia sifat ketakutan , kekecewaan, kesebalan, hingga kebahagiaan.

titik nadir kehidupanku sebenarnya bukan saat ini, tapi entah kapan, tapi yang pasti untuk masa sekarang inilah masa yang terendah keimanan dalam hidupku. lingkungan yang kudapatkan cukup membuatku terlihat baik-baik saja. bisa tertawa riang, bisa tersenyum, tapi hati tidak, semua bagai semu, seperti apel yang bagus luarnya tapi tidak dalamnya. rasa-rasanya percuma saja berbicara dengan manusia, dengan teman sendiri yang mana tidak akan menemukan solusi tapi yang ada malah bikin menyesakkan hati.

Banyak orang mengatakan labil itu tandanya tidak dewasa, tapi bagiku tidak, labil itu adalah bingung untuk berbuat. ada orang yang biasanya mendominasi dan didominasi. tapi sekuat apapun orang pasti punya masa labil atau galau yang berkepanjangan, untuk tahun ini , inilah masa galau tiada akhir yang sulit untuk di atasi, rasa tertekan, depresi dan lain sebagainya, bisa karena kuliah, asrama. kerjaan, keluarga dan lain sebagainya, sejujurnya aku butuh pencerahan untuk hal ini. 

Peka itu masalah hati , untuk peka dan tidak peka mungkin saya dapat dikatakan peka dan juga tidak peka. tapi apa mau dikata. sejujurnya juga saya itu bingung mau berbuat apa. ada satu masalah yang masih mengganjal hati dan tidak tau apa obatnya. jadilah sekarang saya di titik nadir kehidupan, di masa labil tingkat dewa yang kadang memiliki kepekaan dan kadang juga tidak. intinya satu. saya bingung harus berbuat apa. 
 

Jumat, 15 November 2013

Sebel Muraqqab



Jalan ini terlalu aneh untuk dilalui. Entah apa yang harus kulakukan, segalanya begitu gelap dan suram bagiku. Ingin kutumpahkan semua asa ini pada lautan kekecewaan, samudra kekalutan hingga gunung kekesalan. Jujur, kehidupan ini semakin hari semakin pelik. Harus bagaimana lagi hati ini menerima semuanya. 

Ingin rasanya membalas semua yang pernah dia lakukan. Tapi apakah pantas untuk kulakukan. Ingin sekali kuterapkan “ Asy Syarru bis Syarri” biar dia sadar apa yang pernah diperbuat. Ingin sekali tidak ikutan PIKET sebagaimana yang sering dia lakukan. Ingin juga wara-wiri gak jelas tanpa ijin tanpa sebab sebagaimana yang dia lakukan. Ingin juga nakal, gak di tegur kalau gak ke MASJID seperti yang dia lakukan. Gak  ikut rapat, gak kajian, dalam benakku aku heran, kenapa jika dia melakukan tetap saja ada yang mengingatkan, yang menyayangi dan yang ngajakin ngobrol. Sedangkan jika aku yang melakukan bukan seperti itu yang di dapat malah cacian, gak di tegur dan lain sebagainya. Satu hal yang pernah kucoba untuk melakukannya yaitu tidak menyetujui suatu keputusan sebagaimana pernah tidak disetujui satu keputusanku, tapi yang aneh kenapa aku yang menangis dan bukan dia mencari jalan yang terbaik untuk masalah ini.  HERAN

Ketika aku haru menunggu lama untuk memulai sebuah kegiatan, tapi ketika dia yang mengadakan malah dia yang di tunggu. Ingin sekali-kali merasakan bagaimana di tunggu. Aku tahu mungkin ini yang di namakan iri hati itu, kesenjagan sosial begitu tampak dimataku. Inginku berlaku ADIL untuk semua orang tapi mengapa aku yang selalu tidak mendapatkan KEADILAN. Inginku berbuat baik, menyayangi dan mencintai tapi kenapa aku selalu yang DISAKITI. BINGUNG

Tidak mengerti bagaimana yang mesti aku lakukan kedepan. Tapi jujur jantung ini terlanjur sakit untuk menahan beban yang selama ini berkecamuk di dalam hati. Beban yang disebabkan oleh orang yang kuanggap saudara sendiri tapi menanggap aku orang lain baginya. Aku hidup dengan mereka. Aku bermain dengan mereka ,kutuangkan hati dan perasaanku untuk mereka tapi tidak sedikitpun ruang di hati mereka luang untukku. Terlalu jauh untuk menggapainya. Tapi jalan mana yang harus ku tempuh. Ketika aku terpuruk tak satupun yang menggandeng tangan ini,  mengusap lembut hati yang gundah gulana tak bertepi. Aku sedih ketika melihat mereka merangkul yang lain dengan sepenuh hati. Tapi mengapa untukku mereka tak pernah melakukannya.

Memang terlalu aneh tulisan ini untuk di baca. Tapi ini uneg-uneg yang selama ini terpendam. Kita mungkin memang tak akan bisa bersatu. Dan akupun gak akan pernah lagi berusaha untuk menjalin ukhuwah antara kita. Aku serahkan semuanya pada Ilahi, jika memang kita memang terjalin dalam satu ukhuwah. Kamu terlanjur jauh untuk kudekati. Dan akupun terlanjur hina untuk kau sayangi sebagaimana kau menyayangi mereka yang ada di sisimu.

De Javu in Gontor

Tidak ada yang mustahil untuk kejadian di dunia ini. Begitupula untuk sebuah tulisan. Sebenarnya tulisan ini cukup basi untuk di publikasikan. Tapi mau bagaimana lagi. Semua kejadian kalau bisa harus di dokumentasikan untuk mengenang kenangan yang pernah terjadi. Setidaknya ada rekam jejak yang tertinggal walaupun hanya sebuah tulisan. Pepatah berkata “ gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang , manusia mati meninggalkan nama. Tapi nama tidak akan di kenang jika tidak memiliki karya, dan karya itu adalah TULISAN.



Kepergian ini saya anggap dejavu karena seolah-olah saya pernah kesini tapi ntah kapan. Seolah-olah saya mengenal tempat ini sebelumnya, entah itu karena alam bawah sadar saya. Karena memang semula saya sangat ingin menuntut ilmu di gontor putri ngawi tapi tidak kesampaian karena orang tua berat untuk melepaskan saya. Hehehe… tapi tidak menyurutkan niat saya untuk tetap pergi ke gontor. Dan akhirnya niat itu tersampaikan pada tanggal 24 dan 25 mei 2013. Alhamdulillah… 

Bermula dari pembentukan kepanitiaan Steering komite Safari Iman Ramadhan 1434 hH, dimana saya di amanahkan kembali menjadi salah satu anggota steering komite. Disini saya bertindak selaku sekretaris SC dengan ketua Mas Faris Yusuf Afand, dan anggota Mas Amby Sudiya, Mas Raid Al Faruqi dan Mb Nely Hidayati. Dengan berbagai pertimbangan kami merumuskan kegiatan dimana kegiatan itu terbagi menjadi 3 bagian dengan catatan tidak ada kegiatan untuk isra’ mi’raj dan digantikan dengan kegiatan grand opening Ramadhan 1434 H. Kegiatan grand opening sendiri yaitu Tabligh Akbar yang awalnya ingin menghadirkan KH. Zarkasyi tapi setelah mendengar beberapa kabar tentang kesehatan beliau sekaligus ingin mencari pengganti dan memastikan kesehatan beliau, wal akhir kami memutuskan untuk pergi ke Gontor 1 Ponorogo. 


Dengan 7 orang personil yaitu mas Syarif Hidayatullah Hasibuan selaku supir dan koor divisi acara, mas Ali Hasan Syamsudin selaku “Peta Hidup/ GPS berjalan TMUA “, Mas Epan Saputra, Mas Ami Dwi Ananto dan Mas Rudyanto selaku teman perjalanan setia selain saya dan nely yang juga anggota SC untuk melobi Kiai Gontor agar bersedia mengisi tabligh akbar yang sampai H-30 belum ada spanduk yang terpasang karena masing bingung untuk menentukan hari dan tanggal yang pas. 


Perjalanan yang memakan waktu lebih dari 5 jam yakni dari jam 2 siang hingga jam 8 malam baru sampai di ponorogo karena belum mengerti medan perjalanan. Sesampai disana lansung menunaikan shalat isya untuk putra dan kami lansung ke penginanpan akhwat . selepas isya kami lansung menuju rumah KH. Zarkasyi, tapi insiden kembali muncul, sandal AMI kena ghosob santri. “ semoga menjadi lading kebaikan dan memperlancar urusan kita ya ami” . dan karena tidak munkin untuk ghasab balik akhirnya berangkatlah ami tanpa sandal. Tapi sebelumnya kami menyempatkan diri berfoto ria dengan suasana malam Gontor.
di depan masjid legendaris gontor 

di bawah cahaya lampu majid
ruang ujian gontor
suasana malam di gontor
rumah dinas kiai rois

gedung lembaga
doa " semoga bisa menempati rumah itu suatu saat nanti" amien.. hehe
di persimpangan jalan


Sebenarnya saya sempat kikuk karena dikira santriwati yang ingin ambil ijazah . tapi tak mengapalah namanya juga dejavu. Hehe


Awalnya sempat grogi untuk sekedar mengetuk pintu rumah kiai besar dan salah sasaran karena yang dikira rumah beliau adalah rumah yang dipakai untuk syuting “Negeri 5 Menara” ternyata itu adalah rumah dinas beliau. Dan rumah beliau sendiri tak jauh dari rumah tersebut. Sesampai disana kami disambut oleh anak beliau yang juga ustadz di gontor begitu kata nely. Setelah beramah tamah dan melihat konidisi beliau akhirnya kami memutuskan untuk pamit setelah sebelumnya meminta wejangan dari beliau. Dan karena tidak memungkinkan beliau untuk mengisi tabligh akbar. Maka malam itu kami lansung menuju kantor sekretaris gontor untuk melobi ustadz hasan sahal. Beliau belum mengiyakan dan meminta saya selaku sekretaris OC untuk mengirimkan surat dan proposal serta menentukan harinya. Saya setujui hal itu dan di kemudian hari setelah musyawarah dengan ketua oc yang lansung disetujui. Tapi  sempat ada kendala karena saya lupa memberitahu ketua SC akhirnya di setujui hari dan tanggal pelaksanaannya. Alhamdulillah


Malam setelah lobi kami masih melihat suasana di gontor yang memang sibuk tanpa jeda untuk berhenti. Di sudut manapun ada santri yang belajar walaupun tidak ujian.



Keesokan hari, kami sempatkan diri untuk melihat suasana gontor sebelum kembali ke jogyakarta. Berhubung hari tersebut adalah ujian nihaiyah maka saya sempatkan untuk melihat soal yang ternyata tidak jauh berbeda dengan soal saya dulu ujian di pondok.































Setelah dari gontor kami sempatkan ke ISID GONTOR di siman yang tidak jauh dari gontor dengan tujuan untuk menemui ustadz zarkasyi tapi urung dilakukan karena keadaan disana sangat sepi. Dan kami akhirnya keliling untuk mengenal tempat tersebut. Walapun pulang dengan hasil yang kurang memuaskan setidaknya kami tidak pulang dengan tangan hampa.



Wal akhir, karena waktu yang memang mendesak untuk pulang, akmi tidak sempat melanjutkan jalan-jalan. Tapi sbelumnya menyempatkan diri ke pondok walisongo ngabar untuk menyampaikan titipan ruzun. Dan ternyata baru saya sadari, pulang pergi ke gontor tidak sedikitpun saya tertidur di mobil karena memang tidak bisa tidur, hehehe….. ala kulli hal, perjalanan ini adalah surprise yang tak terhingga dari sang pemilik hidup. Semoga apa yang kami lakukan bisa menjadi tabungan amal kami kelak di yaumil hisab, amien…

Jumat, 08 November 2013

Rihlah Happy Ending "Pantai Pok Tunggal"

Akhirnya perjalanan panjang sebuah amanah berakhir sudah. setidaknya suatu tumpukan beban terlepaskan sudah walaupun pada nyatanya tidak terlalu membebani. tidak ada yang harus di sesalkan dan di tangisi karena segala yang terjadi memang sudah jalan-Nya. Wal akhir rihlah menjadi pilihan kami untuk mengakhiri suatu amanah ini.

Dimulai dengan merancang, menaikkan hingga pembentukan panitia selesai , kemudian mencari tempat yang tepat untuk mengakhiri amanah ini dengan indah dan penuh kenangan. akhirnya pantai Poktunggal dan ponpes al muhsin krapyak menjadi tujuan kami. perjalanan indah ini terpaksa dibagi menjadi 3 kloter pemberangkatan karena kesibukan yang tidak dapat ditinggalkan masing-masing anggota asrama al zain dan al mahfudz. tapi itu tidak mengurangi niatan kami untuk mengakhiri amanah ini dengan kebahagiaan. 

Pemberangkatan yang awalnya di rencankan jam satu siang terpaksa molor satu jam di karenakan kurang sigapnya teman-teman untuk bersiap-siap lebih awal, begitu juga dengan pemberangkatan kloter ketiga yang awalnya direncanakan ba'da maghrib terpaksa mundur ba'da isya dikarenakan kurang bisa siap lebih awal. Ponpes al muhsin menjadi tujuan awal keberangkatan, setelah sebelumnya nyasar karena saya yang kelupaan nama ponpesnya menjadi berkah tersendiri karena bisa shalat di masjid jogokariyan yang terkenal dengan manajemen masjidnya. setelah shalat kami lansung meluncur ke ponpes yang di ampu oleh Kiai Muhadi, mufti takmir masjid ulil albab, ada banyak pesan dan kesan yang kami dapatkan disana. setidaknya kunjungan ini tidak sia-sia belaka.berikut foto-foto kloter pertama di Ponpes Al Muhsin Krapyak.









Setelah menempuh perjalanan lebih dari 4 jam, akhirnya sampailah kami dipantai pok tunggal. dimulai dengan membuat api unggun malamnya, pemilihan ketua asrama. dilanjutkan besoknya senam bersama, perlombaan voli, ambil air dan istana pasir sebagai ritual rihlah kali ini. seperti foto-foto berikut.