Jumat, 15 November 2013

Sebel Muraqqab



Jalan ini terlalu aneh untuk dilalui. Entah apa yang harus kulakukan, segalanya begitu gelap dan suram bagiku. Ingin kutumpahkan semua asa ini pada lautan kekecewaan, samudra kekalutan hingga gunung kekesalan. Jujur, kehidupan ini semakin hari semakin pelik. Harus bagaimana lagi hati ini menerima semuanya. 

Ingin rasanya membalas semua yang pernah dia lakukan. Tapi apakah pantas untuk kulakukan. Ingin sekali kuterapkan “ Asy Syarru bis Syarri” biar dia sadar apa yang pernah diperbuat. Ingin sekali tidak ikutan PIKET sebagaimana yang sering dia lakukan. Ingin juga wara-wiri gak jelas tanpa ijin tanpa sebab sebagaimana yang dia lakukan. Ingin juga nakal, gak di tegur kalau gak ke MASJID seperti yang dia lakukan. Gak  ikut rapat, gak kajian, dalam benakku aku heran, kenapa jika dia melakukan tetap saja ada yang mengingatkan, yang menyayangi dan yang ngajakin ngobrol. Sedangkan jika aku yang melakukan bukan seperti itu yang di dapat malah cacian, gak di tegur dan lain sebagainya. Satu hal yang pernah kucoba untuk melakukannya yaitu tidak menyetujui suatu keputusan sebagaimana pernah tidak disetujui satu keputusanku, tapi yang aneh kenapa aku yang menangis dan bukan dia mencari jalan yang terbaik untuk masalah ini.  HERAN

Ketika aku haru menunggu lama untuk memulai sebuah kegiatan, tapi ketika dia yang mengadakan malah dia yang di tunggu. Ingin sekali-kali merasakan bagaimana di tunggu. Aku tahu mungkin ini yang di namakan iri hati itu, kesenjagan sosial begitu tampak dimataku. Inginku berlaku ADIL untuk semua orang tapi mengapa aku yang selalu tidak mendapatkan KEADILAN. Inginku berbuat baik, menyayangi dan mencintai tapi kenapa aku selalu yang DISAKITI. BINGUNG

Tidak mengerti bagaimana yang mesti aku lakukan kedepan. Tapi jujur jantung ini terlanjur sakit untuk menahan beban yang selama ini berkecamuk di dalam hati. Beban yang disebabkan oleh orang yang kuanggap saudara sendiri tapi menanggap aku orang lain baginya. Aku hidup dengan mereka. Aku bermain dengan mereka ,kutuangkan hati dan perasaanku untuk mereka tapi tidak sedikitpun ruang di hati mereka luang untukku. Terlalu jauh untuk menggapainya. Tapi jalan mana yang harus ku tempuh. Ketika aku terpuruk tak satupun yang menggandeng tangan ini,  mengusap lembut hati yang gundah gulana tak bertepi. Aku sedih ketika melihat mereka merangkul yang lain dengan sepenuh hati. Tapi mengapa untukku mereka tak pernah melakukannya.

Memang terlalu aneh tulisan ini untuk di baca. Tapi ini uneg-uneg yang selama ini terpendam. Kita mungkin memang tak akan bisa bersatu. Dan akupun gak akan pernah lagi berusaha untuk menjalin ukhuwah antara kita. Aku serahkan semuanya pada Ilahi, jika memang kita memang terjalin dalam satu ukhuwah. Kamu terlanjur jauh untuk kudekati. Dan akupun terlanjur hina untuk kau sayangi sebagaimana kau menyayangi mereka yang ada di sisimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar