Jalan ini terlalu aneh untuk dilalui. Entah apa yang harus
kulakukan, segalanya begitu gelap dan suram bagiku. Ingin kutumpahkan semua asa
ini pada lautan kekecewaan, samudra kekalutan hingga gunung kekesalan. Jujur,
kehidupan ini semakin hari semakin pelik. Harus bagaimana lagi hati ini
menerima semuanya.
Ingin rasanya membalas semua yang pernah dia lakukan. Tapi apakah
pantas untuk kulakukan. Ingin sekali kuterapkan “ Asy Syarru bis Syarri” biar
dia sadar apa yang pernah diperbuat. Ingin sekali tidak ikutan PIKET
sebagaimana yang sering dia lakukan. Ingin juga wara-wiri gak jelas tanpa ijin
tanpa sebab sebagaimana yang dia lakukan. Ingin juga nakal, gak di tegur kalau
gak ke MASJID seperti yang dia lakukan. Gak
ikut rapat, gak kajian, dalam benakku aku heran, kenapa jika dia
melakukan tetap saja ada yang mengingatkan, yang menyayangi dan yang ngajakin
ngobrol. Sedangkan jika aku yang melakukan bukan seperti itu yang di dapat
malah cacian, gak di tegur dan lain sebagainya. Satu hal yang pernah kucoba
untuk melakukannya yaitu tidak menyetujui suatu keputusan sebagaimana pernah
tidak disetujui satu keputusanku, tapi yang aneh kenapa aku yang menangis dan
bukan dia mencari jalan yang terbaik untuk masalah ini. HERAN
Ketika aku haru menunggu lama untuk memulai sebuah kegiatan, tapi
ketika dia yang mengadakan malah dia yang di tunggu. Ingin sekali-kali
merasakan bagaimana di tunggu. Aku tahu mungkin ini yang di namakan iri hati
itu, kesenjagan sosial begitu tampak dimataku. Inginku berlaku ADIL untuk semua
orang tapi mengapa aku yang selalu tidak mendapatkan KEADILAN. Inginku berbuat
baik, menyayangi dan mencintai tapi kenapa aku selalu yang DISAKITI. BINGUNG
Tidak mengerti bagaimana yang mesti aku lakukan kedepan. Tapi jujur
jantung ini terlanjur sakit untuk menahan beban yang selama ini berkecamuk di
dalam hati. Beban yang disebabkan oleh orang yang kuanggap saudara sendiri tapi
menanggap aku orang lain baginya. Aku hidup dengan mereka. Aku bermain dengan
mereka ,kutuangkan hati dan perasaanku untuk mereka tapi tidak sedikitpun ruang
di hati mereka luang untukku. Terlalu jauh untuk menggapainya. Tapi jalan mana
yang harus ku tempuh. Ketika aku terpuruk tak satupun yang menggandeng tangan
ini, mengusap lembut hati yang gundah
gulana tak bertepi. Aku sedih ketika melihat mereka merangkul yang lain dengan
sepenuh hati. Tapi mengapa untukku mereka tak pernah melakukannya.
Memang terlalu aneh tulisan ini untuk di baca. Tapi ini uneg-uneg
yang selama ini terpendam. Kita mungkin memang tak akan bisa bersatu. Dan
akupun gak akan pernah lagi berusaha untuk menjalin ukhuwah antara kita. Aku
serahkan semuanya pada Ilahi, jika memang kita memang terjalin dalam satu
ukhuwah. Kamu terlanjur jauh untuk kudekati. Dan akupun terlanjur hina untuk
kau sayangi sebagaimana kau menyayangi mereka yang ada di sisimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar