Jumat, 15 November 2013

De Javu in Gontor

Tidak ada yang mustahil untuk kejadian di dunia ini. Begitupula untuk sebuah tulisan. Sebenarnya tulisan ini cukup basi untuk di publikasikan. Tapi mau bagaimana lagi. Semua kejadian kalau bisa harus di dokumentasikan untuk mengenang kenangan yang pernah terjadi. Setidaknya ada rekam jejak yang tertinggal walaupun hanya sebuah tulisan. Pepatah berkata “ gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang , manusia mati meninggalkan nama. Tapi nama tidak akan di kenang jika tidak memiliki karya, dan karya itu adalah TULISAN.



Kepergian ini saya anggap dejavu karena seolah-olah saya pernah kesini tapi ntah kapan. Seolah-olah saya mengenal tempat ini sebelumnya, entah itu karena alam bawah sadar saya. Karena memang semula saya sangat ingin menuntut ilmu di gontor putri ngawi tapi tidak kesampaian karena orang tua berat untuk melepaskan saya. Hehehe… tapi tidak menyurutkan niat saya untuk tetap pergi ke gontor. Dan akhirnya niat itu tersampaikan pada tanggal 24 dan 25 mei 2013. Alhamdulillah… 

Bermula dari pembentukan kepanitiaan Steering komite Safari Iman Ramadhan 1434 hH, dimana saya di amanahkan kembali menjadi salah satu anggota steering komite. Disini saya bertindak selaku sekretaris SC dengan ketua Mas Faris Yusuf Afand, dan anggota Mas Amby Sudiya, Mas Raid Al Faruqi dan Mb Nely Hidayati. Dengan berbagai pertimbangan kami merumuskan kegiatan dimana kegiatan itu terbagi menjadi 3 bagian dengan catatan tidak ada kegiatan untuk isra’ mi’raj dan digantikan dengan kegiatan grand opening Ramadhan 1434 H. Kegiatan grand opening sendiri yaitu Tabligh Akbar yang awalnya ingin menghadirkan KH. Zarkasyi tapi setelah mendengar beberapa kabar tentang kesehatan beliau sekaligus ingin mencari pengganti dan memastikan kesehatan beliau, wal akhir kami memutuskan untuk pergi ke Gontor 1 Ponorogo. 


Dengan 7 orang personil yaitu mas Syarif Hidayatullah Hasibuan selaku supir dan koor divisi acara, mas Ali Hasan Syamsudin selaku “Peta Hidup/ GPS berjalan TMUA “, Mas Epan Saputra, Mas Ami Dwi Ananto dan Mas Rudyanto selaku teman perjalanan setia selain saya dan nely yang juga anggota SC untuk melobi Kiai Gontor agar bersedia mengisi tabligh akbar yang sampai H-30 belum ada spanduk yang terpasang karena masing bingung untuk menentukan hari dan tanggal yang pas. 


Perjalanan yang memakan waktu lebih dari 5 jam yakni dari jam 2 siang hingga jam 8 malam baru sampai di ponorogo karena belum mengerti medan perjalanan. Sesampai disana lansung menunaikan shalat isya untuk putra dan kami lansung ke penginanpan akhwat . selepas isya kami lansung menuju rumah KH. Zarkasyi, tapi insiden kembali muncul, sandal AMI kena ghosob santri. “ semoga menjadi lading kebaikan dan memperlancar urusan kita ya ami” . dan karena tidak munkin untuk ghasab balik akhirnya berangkatlah ami tanpa sandal. Tapi sebelumnya kami menyempatkan diri berfoto ria dengan suasana malam Gontor.
di depan masjid legendaris gontor 

di bawah cahaya lampu majid
ruang ujian gontor
suasana malam di gontor
rumah dinas kiai rois

gedung lembaga
doa " semoga bisa menempati rumah itu suatu saat nanti" amien.. hehe
di persimpangan jalan


Sebenarnya saya sempat kikuk karena dikira santriwati yang ingin ambil ijazah . tapi tak mengapalah namanya juga dejavu. Hehe


Awalnya sempat grogi untuk sekedar mengetuk pintu rumah kiai besar dan salah sasaran karena yang dikira rumah beliau adalah rumah yang dipakai untuk syuting “Negeri 5 Menara” ternyata itu adalah rumah dinas beliau. Dan rumah beliau sendiri tak jauh dari rumah tersebut. Sesampai disana kami disambut oleh anak beliau yang juga ustadz di gontor begitu kata nely. Setelah beramah tamah dan melihat konidisi beliau akhirnya kami memutuskan untuk pamit setelah sebelumnya meminta wejangan dari beliau. Dan karena tidak memungkinkan beliau untuk mengisi tabligh akbar. Maka malam itu kami lansung menuju kantor sekretaris gontor untuk melobi ustadz hasan sahal. Beliau belum mengiyakan dan meminta saya selaku sekretaris OC untuk mengirimkan surat dan proposal serta menentukan harinya. Saya setujui hal itu dan di kemudian hari setelah musyawarah dengan ketua oc yang lansung disetujui. Tapi  sempat ada kendala karena saya lupa memberitahu ketua SC akhirnya di setujui hari dan tanggal pelaksanaannya. Alhamdulillah


Malam setelah lobi kami masih melihat suasana di gontor yang memang sibuk tanpa jeda untuk berhenti. Di sudut manapun ada santri yang belajar walaupun tidak ujian.



Keesokan hari, kami sempatkan diri untuk melihat suasana gontor sebelum kembali ke jogyakarta. Berhubung hari tersebut adalah ujian nihaiyah maka saya sempatkan untuk melihat soal yang ternyata tidak jauh berbeda dengan soal saya dulu ujian di pondok.































Setelah dari gontor kami sempatkan ke ISID GONTOR di siman yang tidak jauh dari gontor dengan tujuan untuk menemui ustadz zarkasyi tapi urung dilakukan karena keadaan disana sangat sepi. Dan kami akhirnya keliling untuk mengenal tempat tersebut. Walapun pulang dengan hasil yang kurang memuaskan setidaknya kami tidak pulang dengan tangan hampa.



Wal akhir, karena waktu yang memang mendesak untuk pulang, akmi tidak sempat melanjutkan jalan-jalan. Tapi sbelumnya menyempatkan diri ke pondok walisongo ngabar untuk menyampaikan titipan ruzun. Dan ternyata baru saya sadari, pulang pergi ke gontor tidak sedikitpun saya tertidur di mobil karena memang tidak bisa tidur, hehehe….. ala kulli hal, perjalanan ini adalah surprise yang tak terhingga dari sang pemilik hidup. Semoga apa yang kami lakukan bisa menjadi tabungan amal kami kelak di yaumil hisab, amien…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar