Kamis, 24 Januari 2013

How About Married ?



How About Married ?

        Mendekati usia 19 tahun memang sudah saatnya memikirkan tentang " Married".  apalagi bagi yang berprinsip untuk tidak pacaran atau  tunangan. berpuluh bulan menanti pertanyaan ibu tentang hal urgent tersebut ya seperti  " udah ada yang di suka/taksir " bagaikan menunggu bintang jatuh dari langit .

         Akhirnya pertanyaan itu muncul pada bulan januari lalu. seneng sih tapi takut juga. soalnya sampai sekarang belum ada yang suka sama ana. belum ada satupun rijal yang mau mengkhitbah. ahhhh... dipikir-pikir udah siap fisik dan batin. tapi kok belum ada yang mau datang ya. selalu terbayang moment-moment indah pernikahan yang sakral. tapi kapan hal itu akan muncul tepat di hadapanku . 

 Terbersit juga tanya di dalam hati " seperti apa ya kehidupan berumah tangga itu, seperti apa ya rasanya lamaran, akad nikah, walimah ..... yang terbayang selama ini mungkin gak kn muncul nanti saat pernikahan. mungkin rasanya sama atau sama sekali berbeda.

punya suami itu seperti apa ya keadaannya. siapa suamiku nanti. yang akan ku imami dan ku patuhi. harus punya target kah kita. harus punya rencana kah kita bagaimana suami kita nantinya, gak kepikiran sampai kesana.

mau atau gak ya dia menerimaku ini. pilihan seperti apa yang di inginkannya. memenuhi syarat sebagai istrinya gak aku ini. jangan - jangan dia menginginkan istri yang sempurna atau lebih atau bahkan mendekati. sedangkan aku jauhhhhhhhhhhhhhhhhh sekli dari kesempurnaan. minus mungkin nilainya. bisakah dia membimbingku nantinya. ah, siapa orangnya saja aku belum tau. seperti apa rupanya. dari mana asalnya. gimana akhlak dan agamanya jauh dari pemikiranku. siapakah dia yang sama sekali misteri bagiku. ah sudahlah. mungkin belum saatnya.

yang pasti sekarang yang aku takutkan. akankah aku mempunyai jodoh, suami yang akan ku dampingi seumur hidupku. akankah aku bertemu dengannyapun tidak pasti kapannya. ya tuhan. jika memang aku nanti bersuami. satu yang aku takutkan. pantas kah aku untuknya....... dia yang sama sekali kau sembunyikan dariku. yang menjadi misteri sumur hidup ini benar benar gelap bagiku. 




    Mencoba kuatkan hati mungkin belum saatnya. atau allah yang memang menyimpannya untukku. " karena manusia itu diciptakan berpasang-pasangan agar saling mengenal. amien.

Kamis, 17 Januari 2013

Untaian balasan part_1


Bismillah…..          
            Ku awali tulisan ini dengan kebaikan dan semoga juga akan berakhir dengan kebaikan. Sejujurnya lisan ini tidak lagi mampu berbicara. Sekedar mengungkapkanpun kelu tidak terperi. Ntah hati ini yang sakit atau memang iman ini yang di bawah ambang batas. Diri ini hanya manusia biasa yang begitu banyak kekurangan dan jauh dari seorang yang patut di teladani, jika engkau wahai sahabatku masih menanggap diri ini masih layak menepati sedikit ruang di hatimu sudilah engkau menerima segala kekurangan yang jika ku sebutkan tidak akan cukup kertas untuk menulisnya.

            Kutanyakan padamu sahabat, siapa yang tidak menginginkan persahabatan yang tulus ? siapa yang tidak menginginkan jiwa yang lapang dan bebas seperti burung yang melayang ?.  
Mereka tidak tahu, dalam cinta tidak ada seteru atau sahabat     
Cinta hanya mengenal kasih saying
Kubertanya dalam kalbu, ada apakah gerangan?
Semoga Allah menakdirkan kebaikan bagi kami
Dengan kerinduan mendalam yang selalu aku simpan
Semoga kelak kami dipertemukan
          Tidakkah mereka mengetahui?
          Jiwaku telah terbagi
          Satu belahan untuk diriku
          Sedang lainnya telah kuisi untuknya
Wahai burung-burung merpati yang terbang diangkasa
Wahai negeriku yang damai
 Tolonglah aku
Sembuhkanlah rasa gundah gulana yang membuat kalbu tersiksa
Dengarkan tangisanku, suara batinku
          Waktu terus berlalu, usia semakin menua
          Namun jiwaku yang telah terbakar rindu
          Belum sembuh jua
          Bahakan semakin parah
          Bila kami ditakdirkan berjumpa
          Akan kugandeng lengannya
            Jiwaku rindu untuk sekedar tersenyum kepadanya. Perih hati ini bila melihat dia sama sekali tidak menegur bahkan menoleh barang sebentar. Salah apa yang pernah aku perbuat padanya ? dosa besar apa yang membuat hatinya tergerak sedikit untuk mengetahui bahwa diri ini takkan pernah bisa lepas untuk mengingatnya ?
Wahai angin sampaikan salamku padanya……!
Tanyakan padanya apakah dia masih mau berjumpa dengan q…?
Apakah dia masih memikirkan diriku…?
Bukankah  telah kukorbankan kebahagiiaanku demi dirinya…?
Hingga diri ini teerlunta-lunta, sengsara di padang pasir gersang
Wahai kesegaran pagi yang murni dan indah!
Maukah engkau menyampaikan salam rindu pada kekasihku.
            Terlalu banyak kajian yang pernah kita dapatkan bersama tentang masalah penglihatan. Entah itu bagaimana melihat sesama muslim atau sebaliknya. Tapi pernahkah dia tahu hati ini sakit ketika melihat tatapan yang bahasa apa harus kuhaluskan kata kata itu. Ainur Ridha (mata yang melihat penuh ridha) dan ainun suhti (mata yang melihat dengan kebencian) hanya dapat dirasakan dengan hati bukan dengan pikiran. Mereka yang memiliki ainur ridha adalah mereka yang melihat orang lain dengan kasih sayang bukan dengan tatapan sinis nann tajam seakan akan tidak ada sedikitpun pada diri ini kebaikan walau ka na zarrah. Ku tanyakan padamu sahabat . dengan apa engkau melihatku , jika dengan ainur ridha, terima kasih yang tak terhingga kuucapkan padamu. Tapi jika dengan ainun suhti, jawab pertanyaanku. Apa yang harus ku perbaiki ? jika seandainya kehadiranku hanya membuat masalah bagimu. Aku rela untuk pergi jauh dari hidupmu. Karena hidup hanya sekali bukan reinkarnasi.
            Cintaku, jika jeritanku mampu menembus cakrawala hanya untuk mengatakan bisakah kita bersama kembali seperti sedia kala. Akan kulakukan hal itu. Akan kulakukan . tapi lisan ini terlalu kelu untuk berkata. Sahabatku, jika pertanyaan ini ku ajukan padamu. Kuharap kau jawab dengan jujur. Apakah aku pantas untuk sekedar lewat di hadapannya dengan senyuman ????  karena tidak aka nada yang ingin kupinta selain itu. Aku tidak mengharapkan diri ini bisa menempati secuil ruang di hatinya. Sama sekali tidak. Apalagi meminta lebih dari itu Karena ku tahu aku memang tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan dia yang mempunyai segalanya
.
Sampaikan pada dia                                                                                                 
Betapa pedih rasa hatiku jika tidak bertemu dengannya
Hingga tak kuat lagi aku menanggung beban kehidupan
Aku merangkak melintasi padang pasir
Tubuh berbalut debu dan darah menetes
Air mataku pun telah kering
Karena selalu mentap dan merindukanmu
            Sampaikan pada dia cintaku. Tak ada lagi yang ingin ku pinta. Tidak ada lagi yang ingin ku mohon. Tapi jika tiada balasan yang akan ku terima. Aku ikhlas dunia akhirat. Memang begini jalan kehidupan.

Untaian Kata Sahabat

"mencari 1 musuh itu mudah, tapi mencari 1000 teman bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan "

Tepat 10 hari kejadian ini berlansung. bukan mudah untuk menerima keadaan yang amat sangat sulit seperti ini. Di satu sisi ini bukanlah duniaku. ini bukanlah keadaan yang ku inginkan sama sekali . tapi inilah hidup tidak akan pernah roda akan berhenti berputar hingga tiba saatnya jika matahari terbit dari barat disitulah dunia berhenti berputar beserta roda yang saat ini tengah berjalan. 



disinilah kutemukan beribu macam pelajaran yang mungkin tidak akan pernah kudapatkan di belahan dunia manapun. inilah kata-kata yang bisa merubah sedikit dari keadaan diriku.

Bismillah..
Kutuliskan ini setelah seharian menjadi hantu deadline. Ternyata disaat nasib nilai kita tinggal ditentukan jam itu rasanya benar-benar luar binasa. Berakhir dengan kebablasan tidur dan meninggalkan satu kuliah terakhir, dilanjut tergopoh-gopoh  menuju rusunawa karena secara beruntung aku mendapat tugas sore itu. Ditambah dengan amanah memandu rusunawa dasar. Benar kawan. Ini  sebenar-benar dasar yang paling dasar. #sabar. Menjadikan hari yang cukup melelahkan.
Kutuliskan ini disaat mata sudah menuntut haknya. Namun teringat wajah salah satu kekasih hati yang kehilangan senyumnya belakangan ini. Memberikan tenaga lebih pada jemari untuk tetap menari diatas kibor pinjaman.
Kutuliskan ini menyesuaikan kekasih yang mencintai bahasa angkasa. Bersayap kemana-mana. Tapi apa daya, jika memang hasilnya tak sebaik Gibran dengan sejuta metaforanya. Tapi kekasih tetaplah kekasih, yang pasti mengerti jika ini tak dibuat dengan seenak rasa.
Kutuliskan ini dengan penuh kebimbangan dihati. Bermusabab karena yang akan menghayati adalah dia yang lebih faqih dalam berilmu. Lebih bijak dalam keadaan. Tapi biarlah, biar ini menjadi bahasa sederhana yang meringankan dirumitnya lautan kata dalam hatinya. Semoga.
Tersadar bahwa diri tak sebijak para bestari. Tak ingin menjadi seperti bebek yang mengajari monyet untuk memanjat, maka biarlah sebuah buku yang kulembur merangkum maknanya yang berbicara. Dengan sedikit komentar dariku berlatar miskinnya ilmu yang sedang diupayakan untuk tetap bergerak mengudara.

Kekasihku, dengarlah ini…
Karena beda antara kau dan aku sering jadi sengketa
karena kehormatan diri sering kita tinggikan diatas kebenaran
karena satu kesalahanmu seolah menghapus
sejuta kebaikan yang lalu
wasiat Sang Nabi itu rasanya berat sekali
“jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara”
Mungkin lebih baik kita berpisah sementara, sejenak saja
menjadi kepompong dan menyendiri
berdiri malam-malam, bersujud dalam-dalam
bertafakkur bersama iman yang menerangi hati
hingga akhirnya menjadi kupu-kupu yang terbang menari
melantunkan kebaikan diantara bunga, menebar keindahan pada dunia
Lalu dengan rindu kita kembali kedalam dekapan ukhuwah
mengambil cinta dari langit dan menebarkannya dibumi
dengan persaudaraan suci; sebening prasangka, selembut nurani,
sehangat semangat, senikmat berbagi, dan sekokoh janji

mungkin kau tak sadar, temanmu disana sebenarnya juga merinduimu. Tapi tak berani mengungkapkan karena sikap menolakmu yang tampak dalam setiap sua yang terjadi. Kau ataupun dia sebenarnya sama. Hanya terlalu menyayangi ego untuk merendah, menyapa dalam cinta untuk siapa yang mengucap pertama kalinya. Padahal para hati sudah lama ingin bersatu, kembali dalam gelak yang sudah lama tak terjadi. Tak sadarkah? :) “

Kubaca Firman Persaudaraan
Ketika kubaca firmanNya “sungguh tiap muslim bersaudara”
Aku merasa, kadang ukhuwah tak perlu dirisaukan
Tak perlu, karena ia hanyalah akibat dari iman
Aku teringat pertemuan pertama kita, ukhti sayang
Dalam dua detik, dua detik saja
Aku telah merasakan perkenalan, bahkan kesepakatan
itulah ruh-ruh kita yang saling sapa, berpeluk mesra
dengan iman menyala, mereka telah mufakat
meski lisan belum saling sebut nama, dan tangan belum berjabat
Ya, kubaca lagi firmanNya, “sungguh mukmin bersaudara”
aku makin tahu persaudaraan tak perlu dirisaukan
Karena saat ikatan melemah, saat keakraban kita merapuh
saat salam terasa menyakitkan, saat keakraban serasa siksaan
saat pemberian bagai bara api, saat kebajikan justru melukai
aku tahu, yang rombeng bukan ukhwah kita
hanya iman-iman yang sedang sakit atau mengerdil
mungkin dua-duanya, mungkin kau saja
tentu lebih sering, imankulah yang compang-camping
Kubaca firman persaudaraan ukhti sayang
dan aku makin tahu, dikala lain diancamkan;
“para kekasih pada hari itu, sebagian menjadi musuh sebagian yang lain…
kecuali orang-orang yang bertakwa
kubaca firman tuhanku, duh ukhti. Apakah hati itu menjadi keras hanya karena satu sikap yang bahkan mungkin terjadi tanpa disadari? Mengalahkan jutaan kebaikan, menutupi setiap mesra yang pernah tercipta?. Dia merindumu, sama resahnya seperti kau, merasakan matahari tak terlalu terang belakangan ini”
Pernah Ada Masa-masa
Pernah ada masa-masa dalam cinta kita
kita lekat bagai api dan kayu
bersama menyala, saling menghangatkan rasanya
hingga terlambat untuk menginsyafi bahwa
tak tersisa dari diri-diri selain debu dan abu
Pernah ada waktu-waktu dalam ukhwah ini
kita terlalu akrab bagai awan dan hujan
merasa menghiasi langit, menyuburkan bumi,
dan melukis pelangi
namun tak sadar, hakikatnya kita saling meniadai
Disatu titik lalu sejenak kita berhenti, menyadari
mungkin hati kita telah terkecualikan dari ikatan diatas iman
bahkan saling nasehat pun tak lain bagai dua lilin
saling mencahayai, tapi masing-masing habis dimakan api
Kini saatnya kembali pada iman yang menerangi hati
pada amal shalih yang menjulang bercabang-cabang
pada akhlak manis, lembut dan wangi
hingga ukhwah kita menggabungkan huruf-huruf menjadi kata
yang dengannya kebenaran terbaca dan bercahaya
ya, memang pernah ada masanya. Periksa hati. Biarkan dia memilih. Berdamai dengan mengorbankan sedikit rasa, atau memenangkan ego tapi tersiksa dalam waktu yang lama. Ayo mulailah duluan. Sapa ia. :) “
Menghadapi orang sulit selalu merupakan masalah
terutama jika orang sulit itu adalah diri kita sendiri
jika kita merasa bahwa semua orang memiliki masalah dengan kita,
tidakkah kita curiga bahwa diri kita ini masalahnya
“Mungkin saat ini orang yang sulit itu adalah diri kita sendiri. Namun tak ada kata terlambat untuk menginsyafi”
Persaudaraan adalah mu’jizat, wadah yang saling berikatan
dengannya Allah persatukan hati-hati berserakan
saling bersaudara, saling merendah lagi memahami,
saling mencintai, dan saling berlembut hati
-Sayyid Quthb-
“Memang, terkadang hati memang perlu dikorbankan demi ukhuwah dan persahabatan. Tapi pengorbanan itu melahirkan madu kawan. Percayalah, sudah kupraktekkan ^^”
Bata demi Bata Menara Cahaya
Kau mengatakan,
“Dalam tiap takdir kesalahanmu padaku,
Aku senantiasa berharap takdir kemaafanku mengiringinya”
Kujawab lirih, “Dalam tiap takdir kejatuhanmu,
semoga tertakdir pula uluran tanganku”
Maka kitapun bersenandung,
“Dalam takdir ukhuwah kita,
semoga terjalin kokoh menara cahaya,
tempat kita bercengkrama
kelak disurga’”
“Aku tak ingin menyesal karena sikap bodohku hari ini, karena aku yakin akupun pernah membuat hatinya menangis. Namun mungkin ia diam, tak mempermasalahkan dan memaafkan. Sekarang adalah giliranku, meski hatiku pedih tapi aku tetap ingin bersua dengannya disurga. Kumaafkan kesalahanmu teman. Aaah indahnya”

Percayailah yang Terbaik
Mempercayai yang terbaik dalam diri seseorang
akan menarik keluar yang terbaik dari mereka
Berbagi senyum kecil dan pujian sederhana
mungkin saja mengalirkan ruh baru pada jiwa yang nyaris putus asa
Atau membuat sekeping hati kembali percaya
bahwa dia berhak dan layak berbuat baik
“Aku percaya dia baik. Maka aku akan mendapat yang terbaik. Tapi entah kenapa diamataku ia begitu buram belakangan ini. Hatiku telah berpenyakitkah. Sungguh, ia adalah saudaramu. Yang pernah kau peluk manja disaat-saat bahagia. Lupakah?”

Selembut Nurani
Hati kita masing-masingn dihuni cahaya
Dan ruh-ruh disana telah melihat kilaunya
merasai pertemuan kembali yang lama dinanti
maka wahai para nurani, saling berlembutlah
karena kalian saling berpelukan, dalam dekapan ukhwah
Tak mudah mengatakan hal yang benar diwaktu yang tepat
namun agaknya yang lebih sulit adalah,
tidak menyampaikan hal yang salah
ketika tiba saat yang paling menggoda untuk melakukannya

Jika engkau merasa bahwa segala yang disekitarmu gelap dan pekat
tidakkah dirimu curiga bahwa engkaulah
yang dikirim oleh Allah untuk menjadi cahaya bagi mereka?
berhentilah mengeluhkan kegelapan itu,
sebab sinarmulah yang sedang mereka nantikan, maka berkilaulah


“Aku belum mendapatkan seorang sahabatpun disini? Telisik lagi hatimu saudariku..^^”
“alangkah sulitnya mencari sahabat sejati.” Kata seorang teman
“Tak kutemukan walau telah kujelajahi bumi, negeri demi negeri”
aku tersenyum menepuk pundaknya
“mungkin itu sebab yang kau cari adalah sahabat untuk member
adapun sahabat untuk diberi bertebaran diseluruh penjuru bumi”

Sesungguhnya, lubang jarum takkan terlalu sempit
bagi dua orang yang saling mencintai
adapun bumi, takkan cukup luas
bagi dua orang yang saling membenci
-Al-Kahli Ibn Ahmad-

Saudara seiman itu adalah dirimu
hanya saja dia itu orang lain
sebab kalian saling percaya
maka kalian adalah satu jiwa
hanya saja kini sedang hinggap dijasad yang berbeda
-Al-Kindi-
“Menjadi diri sendiri adalah yang terbaik. Karena cinta yang abadi tak melekat pada kepura-puraan. Jika kau memang seperti angsa, biarlah ia tetap angsa. Tak perlu beringin menjadi ikan karena kau bukan hidup dilautan.”
Meski yang menghubungkanku dengan seseorang
hanyalah selembar benang, akan kujaga
jika dia ulurkan akan kukencangkan
jika dia dikencangkan, akan kukendurkan
-Mu’awiyah Ibn Abi Sufyan-
“ini adalah prinsip yang kupegang selama ini. Aku hanya tetap ingin selalu bersama-sama dengannya. Tak terlalu dekat, karena itu akan membebani. Namun tak pula menjauh, karena jarak mengizinkan setan untuk menggugurkan cinta”
Ada kalanya kita seperti dua mata
tak pernah berjumpa
tapi selalu sejiwa
Kita menatap kearah yang sama
Walau tak berjumpa
mengagumi pemandangan indah
dan berucap: Subhanallah
Kita bergerak bersama
walau tak berjumpa
mencari pandangan yang dihalalkan
menghindar dari yang diharamkan
dan berucap: astagfirullah
Kita menangis bersama
walau tak berjumpa
dalam kecewa, sedih, ataupun gembira
duka dan bahagia
dan berucap: Alhamdulillah
Kita terpejam bersama
walau tak berjumpa
member damai dan rehat
sambil berucap: laa haula wa laa quwwata illa billah
Tapi kadang kita perlu menjadi dua tangan
berjumpa dalam dekapan shalat
berjama’ah menghadap Allah
Tapi kadang kita perlu menjadi dua tangan
berjumpa dan membersihkan
segala kotor dan noda dari badan
“ada kalanya kau tak mengerti. Bahwa kebahagiaan terkadang timbul hanya karena sebaris senyum saat bertemu
Ada kalanya kau lupa, bahwa diapun merasakan hal yang sama. Ingin berbaikan tapi tak punya keberanian.
Ada kalanya kau tak terasa, bahwa ia menginginkan kau memahaminya. Bukan karena ia belum dewasa, bukan. Karena indahnya pengejaran membuktikannya bahwa kau adalah cinta yang sebenarnya.
Ada kalanya kaupun ingin dimengerti. Tak salah, tapi kedewasaan tak kan berdusta, menunjukkan siapa dirimu sebenarnya. Apakah ia yang membiarkan berlarutan, atau yang mengusahakan ketenangan.
Ada kalanya temanmu itu terlalu sok tahu. Contohnya diriku. Tapi bagiku, hanya barisan kata inilah yang bisa aku persembahkan untuk hatimu yang sedang bimbang. Tak bermaksud menggurui. Hanya menginginkan kita semua tetap bersama dalam dekapan ukhuwah. Oh iya satu lagi, ada kalanya kau tak menyadari. suatu jarak terjadi, adalah maksud Tuhan untuk membuat kedua hati itu terpaut lebih dalam lagi, menyatu kelembutan nurani.” :)

Jumat, 04 Januari 2013

Sepenggal Untaian Ayat

Sepenggal Untaian Ayat
 

          Innal hamda lillah yang telah memberikan hidup sebagai ladang untuk meraih surga abadi di kehidupan nanti. begitu banyak ayat - ayat dalam kitab-Mu yang menjelaskan panjang lebar akhlak dalam kehidupan. tidak hanya akhlak kepada sesama manusia tapi juga kepada orang tua, Tuhan, dengan yg berbeda agama dan masih banyak lagi.

       Ayat As Shaff di atas jika di jabarkan dengan tinta lautan tidak akan cukup jika hanya sekedar menyampaikan definisi saja. belum ditambah dengan penjabaran makna yang amat sangat mendalam. Dua ayat di atas bisa dikatakan inti akhlak dalam kehidupan sosial manusia. disini dikatakan sosial bukan individu karena pada dasarnya ayat di atas berbicara tentang kehidupan sosial. dapat dilihat dari redaksi, yang pertama " Hai orang-orang yang beriman" yang merujuk bahwa disini tidak hanya satu orang saja melainkan bisa berupa 1 kaum bahkan lebih.

       banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari manusia yang mengatakan tapi dia tidak sama sekali mengerjakan. hanya OMDONG atau Omong doank. membuat banyak peraturan , undang-undang baik tertulis maupun tidak tapi tidak sama sekali di kerjakan apa yang dia buat dan dia katakan.