Ayah
Ayah, ku tahu ayah tak
akan pernah membaca surat ku ini, baik yang akan ku kirimkan maupun posting
dimanapun tempat.
Ayah, terhitung kita
satu keluarga hidup bersama dalam satu atap se umurku hidup yakni 20 tahun.
Hidup bersama dengan kasih sayang layaknya keluarga harmonis seperti yang di
inginkan oleh keluarga lain dimanapun mereka tinggal. Tapi, mengapa sejak
umurku menginjak di 21, kepergian ayah bersama kakak yang telah menjadi
keluarga menjadi pilihan ayah ?
Tidak tersisa sedikit
lagikah kasih sayang mamak di benakmu ? tidak ada lagi kah kenangan yang
memaksa untuk tetap tinggal di rumah itu ? ayah tinggalkan kami se akan akan
kami beban yang berat bagi ayah, terlalu susahkah untuk menghidupi satu istri
dengan dua anak yang pendidikannya tinggal di penghujung kelulusan kampus,
terlalu hinakah kami di mata saudara-saudara ayah sehingga rela meninggalkan
kami.
Ayah, Kami memang bukan
apa apa dan memang tidak memiliki apa apa, di bandingkan anak perempuan
kesayangan ayah yang rumahnya ayah tempati sekarang, mamak yang masih terus
berjuang membiayai pendidikan hingga tingkat yang layak, agus yang masih
menapaki awal kuliahnya di kampus, tidak ada kah perasaan kasihan yah ?
walaupun jauh di lubuk hati tidak kuminta rasa kasihan itu. Apa guna mempunyai
ayah tapi hanya sekedar symbol belaka.
Hidup enak dengan makan
4 sehat 5 sempurna,kesehatan terjamin dan lain sebagainya memang tidak bisa
kami berikan, tapi lupakah ayah kalau ayah adalah pemimpin rumah tangga ? bukan
anak kecil yang harus di suapi, bukan pasien rumah sakit yang tak berkeluarga,
satu pertanyaan , apakah keluarga ayah hanya putri kesayangan ayah yang ayah
anggap satu satunya anak ayah ?
Entah apa harus ku
panggil ayah sekarang, seorang ayah kah yang meninggalkan istrinya dalam
kesendirian tanpa nafkah ? seorang ayah kah yang tidak pernah memberi makan
istri dan anaknya ? seorang ayahkah yang sama sekali tidak memperhatikan
pendidikan anak anaknya ?
Ayah, jujur hingga saat
ini, tidak pernah lagi terbersit fikiran untuk menikah, ayah, sosok yang ku
anggap dapat menjadi contoh ternyata bukan lelaki sejati, lelaki yang
membimbing di kala keluarganya khilaf.
yang memegang tangan istri dan anak anaknya di kala sendiri. Mana sosok
ayah yang ada di buku buku dan film film. Ayah, sulit memang untuk memanggilmu
apa sekarang.
Ayah, kalau sekedar
menyakan kabar lagi apa sekarang ? kucing juga bisa menanyakan. Sudah makan apa
belum ? rumput juga bisa bertanya. Ayah, ku kira di umurmu yang sudah lewat
separuh abad menambah ke arifan mu dalam bersikap. Tapi rupanya ayah lebih
memilih mendengar mereka yang tidak pernah se atap dengan kita, mereka yang
bahkan saat lebaran tidak lebih memilih di kunjungi daripada mengunjungi.
Ayah, suatu saat nanti,
jika Allah berkenan menjodohkanku dengan seseorang yang entah tidak tahu siapa,
entah siapakah yang menjadi wali ku nanti ? pernah ayah berfikir sampai kesana
?
Ahhh ayah, ribuan hari
tidak akan pernah cukup untuk membahasmu, percuma mata ini menangis, memohon
kepadamu hanya untuk sekedar menemani mamak, menemani istri yang telah
mendampingin hidupmu lebih dari 21 tahun lebih lama dari pendamping hidup ayah
yang pertama, tapi ribuan alasan hingga deraian air mata memang tidak cukup
membendung keinginanmu untuk tinggal bersama anak kesayangan ayah yang telah
berkeluarga, entah apa yang menjadi fikiran ayah hingga tega sampai seperti
itu.
Ayah, tidak iri kah
ayah dengan keluarga yang rukun bahagia bersama istri dan anak anaknya. Ayah
berapa banyak uang sih yang di miliki menantu dari anak kesayangan ayah yang
berpendidikan tapi tidak tahu sopan santun sehingga begitu mudahnya ayah
mengiyakan ajakan dia yang belum ada puluhan tahun ayah mengenalnya ? samapi
sampai ayah harus meninggalkan mamak yang tidak berharta dan berpunya ?
Ayah, untuk terakhir
kalinya permohonan maaafku semoga di terima, tapi jujur aku bingung harus
memanggil ayah dengan sebutan apa ? dengan segala perbuatan ayah yang bahkan
tidak pernah di lakukan oleh induk singa sekalipun.
#i_am_sorry_dad
#dan_terimakasih_sudah_menjadi_ayah_selama_20_tahun_hidupku
#dan_terimakasih_sudah_menjadi_ayah_selama_20_tahun_hidupku
*renungan di pojok
kesedihan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar