Saudara itu ? = ………
“ Masakan boleh pedas, tapi lisan/perkataan tidak boleh pedas “( Pesan saudara ketua takmir 1 dusun pandanpuro)
Kenapa
harus menyakiti ketika kita bersaudara?
Kenapa
harus berperan sebagai orang lain ketika kita terkait satu dan yang lainnya?
Pantaskah
mendzolimi ketika dia saudara kita?
Pantaskah
meyakiti ketika dia bagian dari tubuh kita ?
Teman itu ibarat matahari,
ketika dia ada sungguh tidak mempunyai arti penting bagi kita, seakan-akan
kehadirannya sebagai pelengkap saja, tapi ketika dia tiada tak satupun, yang tak mencarinya.
Mungkin sekarang kita masih bertemu,
tapi tak ada yang tahu kedepan kita masih bertemu sebagai kawan atau lawan.
Begitu mudahnya mengucapkan tapi tidak di jalankan. Begitu mudahnya berbicara
di atas lidah yang tak bertulang tapi bara api dampaknya. Detik ini berkata
ini, tak jarang menit depan di lakukan. Tak heran sang Khalik menuliskan ayat
yang akan dinukilkan berikut “ Kaburo Maktan Indallahi an taquluu ma la
taf’aluun”. Mereka yang berbicara/ melarang/membuat peraturan tapi mereka
juga yang melanggar. Lidah itu ibarat pedang jika tidak di jaga banyak yang
tergelincir terhunus didalamnya.
Karena muka boleh sama tapi tak ada hati yang sama.
Saudara itu bisa menjadi kawan dunia
akhirat tapi tak jarang menjadi musuh di yaumil hisab. Dalamnya gunung dapat
di ukur tapi dalamnya hati siapa yang tahu.
::di tapal
batas kesabaran::
Tidak ada komentar:
Posting Komentar