Jumat, 12 Juli 2013

Musibah itu Nikmat ???


Maha Suci bagimu Rabb pemilik seluruh mahkluk di jagat raya ini. Penguasa di atas para penguasa. Pemimpin mutlak yang hanya boleh disembah hambanya dan tidak untuk yang lainnya. Pencipta hidup dan mati yang tiada duanya.

Maka nikmat tuhan yang mana kamu dustakan “ betapa sering ayat ini terdengar, betapa banyak kitab yang telah menuliskan ayat ini. Ribuan kertas pun tidak pernah absen untuk mengabadikan ayat yang masyur tercantum dalam surah Ar Rahman. Sungguhpun ada ribuan ayat buatan manusia untuk menggantikan ayat ini tidak aka nada yang bisa menggantikannya

Dalam musibah itulah nikmat yang sesungguhnya ada. Kadangkala manusia terlanjur melihat zahir saja, jarang bisa melihat nikmat yang ada sesunguhnya. Tak jarang hamba hanya bisa meminta. Tapi tak bisa merasakan bahwa permintaannya telah dikabulkan Allah SWT. Sungguh benar Allah berfirman bahwa tanda-tanda kebesarannya hanya bisa dilihat bagi mereka yang berfikir dan berilmu. Sungguh merugi mereka yang tidak bisa merasakan nikmat itu.

Tidak ada secuil rasa untuk berbangga diri. Tapi jujur dari dalam hati berkata sungguh menyesal nikmat itu baru dirasakan sekarang. Sungguh merugi atas lisan yang selalu berkomentar tanpa tahu apa yang sesunggunya terjadi. Ketika lisan meminta untuk bisa menghapalkan qur’an, Allah kabulkan itu dengan waktu yang sangat banyak untuk menghapalkan ayat-ayatnya dengan nikmat datang bulan dalam waktu yang singkat dalam kurun waktu yang lama. Tapi masih saja lisan ini berkeluh dan berkata bahwa itu musibah bukan nikmat. Tapi itulah NIKMAT yang sesungguhnya. Ketika puasa did era banyak kesibukan dan ujian ingin rasanya punya waktu tidur yang banyak, Allah berikan juga nikmat itu dengan adanya libur shalat. Tapi masih saja lisan ini berkeluh bahwa ini waktu yang tidak pas. Ketika perut ini begitu ingin menikmati aneka makanan tanpa banyak cincong Allah berikan nikmat itu.

 
Allahu Rabbi…… Berapa lautan sudah lisan ini berkeluh kesah atas nikmat yang kusangka musibah, atas barokah yang kusangka bencana. Sungguhpun engkau Rabb terbaik, engkau teman terbaik. Engkau yang selalu kupinta untuk membangunkan di setiap jam yang aku pinta. Engkau kabulkan, yang aku pinta isikan perutku ketika dilanda lapar engkau berikan makanan terlezat yang diidamkan perutku. Maafkan lisan yang tak pernah terjaga ini Ya Allah. Duhai rabbi ketika hamba minta tunjukkan jodohpun engkau tunjukkan bahkan akupun yakin engkau telah tuliskan jodoh terbaik untukku. Tapi mengapa hati ini tidak pernah terbersit untuk membalaskan semua pemberianmu. Maafkan diri ini ketika beribadah denganmu masih penuh pengharapan. Jujur hamba malu untuk meminta padamu. Tapi hamba minta yang terbaik untuk hamba sebagaimana yang engkau berikan kepada salafus shalih.. 

fabiayyi alaai rabbikuma tukadzziban “  nikmat itu tidak akan pernah dirasakan tanpa kepahitan sebelumnya. Lisan hanya bisa berbicara karena dia tidak bertulang. Musibah itu ada karena sayangnya Tuhan kepada manusia . Wallahu A’lam.