Hujan
di Kota Bogor
Dulu kala Bogor di
kenal dengan kotanya hujan, hawanya sejuk, udaranya segar beserta kelembutan
suasana kotanya. Tapi kini, mungkin Bogor tetap di kenal dengan nama kota
hujan, tapi bukan hanya hujan air yang selama di Bogor kemarin tidak sempat
dirasakan, tapi juga hujan angkot, hujan matahari tapi tidak dengan hujan uang
hehe.
Bogor sebenarnya sejuk
karena di samping kiri kanan jalan masih banyak pohon pohon besar yang
melingkupi kota, juga ada kebun raya bogor yang luasnya lebih dari 80 hektar
belum di tambah dengan IPB (Insitut Pertanian Bogor ) yang luasnya juga puluhan
hektar. Maka sebenarnya dapat di pastikan bogor sejuk sekali. Akan tetapi
banyak faktor yang menyebabkan panas di kota Bogor, bisa jadi karena lalu
lintas yang padat, kendaraan yang banyak, atsmosfer bumi yang makin menipis,
curah hujan yang intensitasnya makin kecil , manusia yang semakin padat, serta
bangunan yang bertambah padat. Dan mungkin bisa jadi di sebabkan karena saya
belum bisa move on dari Jogya tepatnya di daerah kaliurang yang memang terkenal
dingin, haha.
Beberapa hari di Bogor
banyak tempat yang di kunjungi. Yang pasti Kampus IPB , Kebun Raya Bogor,
Istana Bogor, hingga TMII . Sebelum di ceritakan satu persatu. Ada baiknya saya
juga berbagi pengalaman menuju Bogor dari Jogya hingga balik lagi ke
Jogyakarta. Bagi yang memiliki dana pas pasan, punya keberanian lebih, serta
ingin mengujugi banyak tempat mari ikuti perjalanan saya. hehe
Pertama, dari
Jogyakarta tepatnya di Terminal Jombor
menuju Bogor di terminal Bubulak saya menggunakan bis Murni Jaya (udah
langganan) dengan tarif 135.000 ribu, sebenarnya dari Jogya ke Bogor bisa
menggunakan Pesawat (dengan kisaran harga 400 s.d. 500 ribu) atau kereta (
dengan kisaran harga 200 s.d 300 untuk kelas ekonomi AC dan eksekutif ). Akan
tetapi berhubung kereta sudah kehabisan tiket dan pesawat sedang mahal
mahalnya. maka saya memilih alternative menggunakan bis ekonomi AC menuju
Bogor. Ada untungnya menaiki bus ini karena sampai tujuan lansung di terminal
bubulak yang dekat dengan IPB, tanpa perlu naik turun angkot atau taksi semisalnya naik pesawat atau
kereta. Setelah di terminal bubulak menuju IPB bisa menggunakan angkot tujuan
kampus dalam dengan tarif 3.500 rupiah. Untuk kepulangan menuju Jogya saya
menggunakan bus yang sama walaupun beda tariff karena akhir pekan dan akhir
tahun.
Kemudian untuk
penginapan di Bogor , saya menggunakan penginapan semacam kost kostan. Untuk
menekan pengeluaran, hehe, sekaligus dekat dengan berbagai rumah makan yang
harganya pas dengan kantong mahasiswa. Hehe. Kalau tidur yang penting mata
tertutup kan. Haha
Kedua. Di Bogor yang
pertama kali di kunjungi adalah Kebun Raya Bogor. Untuk rutenya jika dari IPB
yaitu menggunakan angkot jurusan kampus dalam menuju terminal Laladon dengan
tariff 3.500 rupiah, kemudian terminal Laladon menuju Terminal baranangsiang
juga dengan tariff yang sama. Nah dari terminal baranangsiang menuju kebun raya
bogor naik angkot jurusan kebun raya bogor dengan tariff 5.000 rupiah (soalnya
lumayan jauh ). Untuk pulang juga seperti ini rutenya.
Tips menuju kebun raya
bogor, usahakan berangkat di pagi hari, kecuali memang memiliki kendaraan
pribadi atau menyewa mobil. Di samping udara masih sejuk, juga masih sepi
pengujung. Di sarankan membawa bekal biar sewaktu mengitari KRB gak kelaparan.
Juga membawa tikar jika menghendaki. Untuk masuk kebun raya bogor tarifnya beda
beda. Untuk pengujung non kendaraan per orang 15.000 rupiah. Untuk mobil hanya
di hitung jumlah mobilny saja, tapi tetap beda harga. Jangan khawatir jika kaki
tidak kuat melangkah mengitari puluhan hektar KRB. Disediakan juga kereta
pengujung dengan tariff 15.000 rupiah plus pemandu wisata. Jadi di samping
tidak berpanas ria juga mendapatkan ilmu lansung dari penjaga KRB.
Kurang lebih berikut
penjelasan sopir kereta wisata sekaligus pemandu wisata. Kebun raya bogor
mempunyai luas lebih dari 87an hektar. Ada ratusan pohon yang tumbuh disana
dari berbagai wilayah di Indonesia. Pembagian penanaman pohon dibedakan dari
jenis ordo dan jenis tumbuhan, adapun yang banyak terlihat di KRB di antaranya
kenari, sikas/pakis,matoa, bunga bungaan, teratai, kurma dll. Kebun Raya Bogor
yang telah berusia 198 tahun ini juga mempunyai daya tarik unik di dalamnya
selain Istana Bogor dan aliran sungai ciliwung, yaitu jembatan merah. Mitosnya
barang siapa pasangan (belum menikah) yang melewati jalan itu maka dapat
dipastikan berpisah atau putus tus tus tus. Tapi ini hanya sekedar mitos,
kalaupun putus karena memang sudah takdirnya. haha
Hari selanjutnya,
berhubung panas yang membara di tambah jadwal kunjungan ke IPB. Maka kali ini
mari kita memasuki kampus yang luas bikin kaki mau putus. #alay. Kampus IPB
mempunyai luas tanah yang tidak kalah dengan kebun raya bogor, ada puluhan
jurusan yang ada di kampus ini. akan tetapi yang menarik hati memang hanya
masjid Al Hurriyah. Hehe. Di dalam kampus ini juga terdapat SMA IPB dan
berbagai laboratorium untuk berbagai penelitian yang banyak di datangi
mahasiswa. Walapun agak kurang terawat gedung beserta jalannya, tapi untuk sejuk
dan hijaunya kampus, IPB memang tiada duanya, serasa kuliah di dalam hutan.
Haha. Di IPB serasa berasa banget jadi anak IPA, hihi, di kampus ini terdapat
Fakultas Pertanian, Peternakan, Kedokteran, MIPA dll. Sebelum mengakhiri
kunjungan di kampus yang luas ini terlebih dahulu foto foto di ICON IPB. Sebagai
tanda udah pernah ke IPB. haha
Kunjungan haro terakhi
bertepatan dengan hari kamis yaitu menuju Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di
daerah Jakarta. Cukup melelahkan menuju kesana, tapi namanya juga My Trip My
Adventure wajib di coba daripada hanya mendengar cerita. Haha.
Menuju TMII dari bogor
menghabiskan banyak waktu di jalan daripada disana. Hehe. Dari penginapan yang
di awali sarapan biar kuat jalan, menggunakan angkot kampus dalam menuju
laladon, dari laladon menuju baranangsiang, dari baranangsiang menuju Jakarta
menggunakan bis antarkota denga tariff 15.000 rupiah, dari terminal kp.
Rambutan menuju TMII menggunakan angkot jurusan TMII no 40 dengan tariff 5.000
sampai tujuan. Tapi tetap harus jalan jauh menuju ke dalam TMII.
TMII adalah cerminan
Indonesia, taman yang maha luas ini sebenarnya tidak pantas di sebut taman
karena Maha luasnya wilayah. Di TMII ini terdapat miniature Rumah adat dan
pernak perniknya dari 33 provinsi di Indonesia. 1 rumah adat beserta halamannya
bisa mencapai puluhan meter, bayangkan berapa luasnya. Karena luasnya wilayah
yang akan di jalani maka ada alternative mengelilingi TMII tanpa harus putus
kaki. Haha. Yaitu dengan menggunakan kereta wisata. Bisa yang di darat atau yang
di atas TMII dengan tariff 30.000 . lumayan mahal karena jarak tempuhnya
sedikit. Tapi setidaknya telah mengelilingi tanpa harus capek. Karena jika mau
berjalan dari satu tempat diperlukan waktu hampir 30 menit. Maka jika harus
menghabiskan melihat semuanya memerlukan waktu 1 hari 1 malam. Letak kereta ini
di samping anjungan jambi dan Bengkulu. Maka tidak ada salahnya di coba bukan.
Keong Emas Theater juga
salah satu wahana yang ada di TMII untuk menonton berbagai pertunjukan, ada
napak tilas dalam bentuk video documenter, ada fil 3D hingga 4D. semuanya bisa
dilihat disini. Akan tetapi karena waku yang tidak mencukupi maka lain waktu
saja jika berkesempatan kesini lagi.
Hari terakhir sebelum
kembali ke kota Jogya disempatkan silahturrahmi ke rumah sahabat semasa kuliah
sembari menunggu jadwal bis . selama dari pagi sampai siang di kost Wulan ada
beberapa informasi yang bisa di jadikan pelajaran. Untuk kost di kota bogor
memang mahal, terutama di daerah kampong babakan samping IPB. Itupun belum
tentu hiegenis. Maka mengontrak rumah dengan beberapa kamar bersama teman teman
layak menjadi pertimbangan. Di kontrakan wulan hampir semuanya mahasiswa
pascasarjana statistic. Kebayang gak tiap hari angka yang keluar beserta
hipotesisnya. Wuahahaha… hampir yang di kontrakan Alhamdulillah kenal semuanya,
ada Aifa, Mba Rita, Mba Sekti, Mba Icha dan Wulan sendiri. Terima kasih tempat
dan special lunchnya lan. Semoga kita bertemu lain waktu.
Selama 3 hari di bogor
mungkin lebih banyak capek daripada enggaknya, terutama capek hati #upss. Tapi
setidaknya ada bahan buat di ceritakan ke anak cucu nanti. See you next time in
new trip.
*sembari menanti adzan