Senin, 01 Februari 2016

Hujan di Kota Bogor


Hujan di Kota Bogor


Dulu kala Bogor di kenal dengan kotanya hujan, hawanya sejuk, udaranya segar beserta kelembutan suasana kotanya. Tapi kini, mungkin Bogor tetap di kenal dengan nama kota hujan, tapi bukan hanya hujan air yang selama di Bogor kemarin tidak sempat dirasakan, tapi juga hujan angkot, hujan matahari tapi tidak dengan hujan uang hehe.
Bogor sebenarnya sejuk karena di samping kiri kanan jalan masih banyak pohon pohon besar yang melingkupi kota, juga ada kebun raya bogor yang luasnya lebih dari 80 hektar belum di tambah dengan IPB (Insitut Pertanian Bogor ) yang luasnya juga puluhan hektar. Maka sebenarnya dapat di pastikan bogor sejuk sekali. Akan tetapi banyak faktor yang menyebabkan panas di kota Bogor, bisa jadi karena lalu lintas yang padat, kendaraan yang banyak, atsmosfer bumi yang makin menipis, curah hujan yang intensitasnya makin kecil , manusia yang semakin padat, serta bangunan yang bertambah padat. Dan mungkin bisa jadi di sebabkan karena saya belum bisa move on dari Jogya tepatnya di daerah kaliurang yang memang terkenal dingin, haha.
Beberapa hari di Bogor banyak tempat yang di kunjungi. Yang pasti Kampus IPB , Kebun Raya Bogor, Istana Bogor, hingga TMII . Sebelum di ceritakan satu persatu. Ada baiknya saya juga berbagi pengalaman menuju Bogor dari Jogya hingga balik lagi ke Jogyakarta. Bagi yang memiliki dana pas pasan, punya keberanian lebih, serta ingin mengujugi banyak tempat mari ikuti perjalanan saya. hehe
Pertama, dari Jogyakarta tepatnya di Terminal Jombor  menuju Bogor di terminal Bubulak saya menggunakan bis Murni Jaya (udah langganan) dengan tarif 135.000 ribu, sebenarnya dari Jogya ke Bogor bisa menggunakan Pesawat (dengan kisaran harga 400 s.d. 500 ribu) atau kereta ( dengan kisaran harga 200 s.d 300 untuk kelas ekonomi AC dan eksekutif ). Akan tetapi berhubung kereta sudah kehabisan tiket dan pesawat sedang mahal mahalnya. maka saya memilih alternative menggunakan bis ekonomi AC menuju Bogor. Ada untungnya menaiki bus ini karena sampai tujuan lansung di terminal bubulak yang dekat dengan IPB, tanpa perlu naik turun angkot  atau taksi semisalnya naik pesawat atau kereta. Setelah di terminal bubulak menuju IPB bisa menggunakan angkot tujuan kampus dalam dengan tarif 3.500 rupiah. Untuk kepulangan menuju Jogya saya menggunakan bus yang sama walaupun beda tariff karena akhir pekan dan akhir tahun.
Kemudian untuk penginapan di Bogor , saya menggunakan penginapan semacam kost kostan. Untuk menekan pengeluaran, hehe, sekaligus dekat dengan berbagai rumah makan yang harganya pas dengan kantong mahasiswa. Hehe. Kalau tidur yang penting mata tertutup kan. Haha
Kedua. Di Bogor yang pertama kali di kunjungi adalah Kebun Raya Bogor. Untuk rutenya jika dari IPB yaitu menggunakan angkot jurusan kampus dalam menuju terminal Laladon dengan tariff 3.500 rupiah, kemudian terminal Laladon menuju Terminal baranangsiang juga dengan tariff yang sama. Nah dari terminal baranangsiang menuju kebun raya bogor naik angkot jurusan kebun raya bogor dengan tariff 5.000 rupiah (soalnya lumayan jauh ). Untuk pulang juga seperti ini rutenya.
Tips menuju kebun raya bogor, usahakan berangkat di pagi hari, kecuali memang memiliki kendaraan pribadi atau menyewa mobil. Di samping udara masih sejuk, juga masih sepi pengujung. Di sarankan membawa bekal biar sewaktu mengitari KRB gak kelaparan. Juga membawa tikar jika menghendaki. Untuk masuk kebun raya bogor tarifnya beda beda. Untuk pengujung non kendaraan per orang 15.000 rupiah. Untuk mobil hanya di hitung jumlah mobilny saja, tapi tetap beda harga. Jangan khawatir jika kaki tidak kuat melangkah mengitari puluhan hektar KRB. Disediakan juga kereta pengujung dengan tariff 15.000 rupiah plus pemandu wisata. Jadi di samping tidak berpanas ria juga mendapatkan ilmu lansung dari penjaga KRB.
Kurang lebih berikut penjelasan sopir kereta wisata sekaligus pemandu wisata. Kebun raya bogor mempunyai luas lebih dari 87an hektar. Ada ratusan pohon yang tumbuh disana dari berbagai wilayah di Indonesia. Pembagian penanaman pohon dibedakan dari jenis ordo dan jenis tumbuhan, adapun yang banyak terlihat di KRB di antaranya kenari, sikas/pakis,matoa, bunga bungaan, teratai, kurma dll. Kebun Raya Bogor yang telah berusia 198 tahun ini juga mempunyai daya tarik unik di dalamnya selain Istana Bogor dan aliran sungai ciliwung, yaitu jembatan merah. Mitosnya barang siapa pasangan (belum menikah) yang melewati jalan itu maka dapat dipastikan berpisah atau putus tus tus tus. Tapi ini hanya sekedar mitos, kalaupun putus karena memang sudah takdirnya. haha
Hari selanjutnya, berhubung panas yang membara di tambah jadwal kunjungan ke IPB. Maka kali ini mari kita memasuki kampus yang luas bikin kaki mau putus. #alay. Kampus IPB mempunyai luas tanah yang tidak kalah dengan kebun raya bogor, ada puluhan jurusan yang ada di kampus ini. akan tetapi yang menarik hati memang hanya masjid Al Hurriyah. Hehe. Di dalam kampus ini juga terdapat SMA IPB dan berbagai laboratorium untuk berbagai penelitian yang banyak di datangi mahasiswa. Walapun agak kurang terawat gedung beserta jalannya, tapi untuk sejuk dan hijaunya kampus, IPB memang tiada duanya, serasa kuliah di dalam hutan. Haha. Di IPB serasa berasa banget jadi anak IPA, hihi, di kampus ini terdapat Fakultas Pertanian, Peternakan, Kedokteran, MIPA dll. Sebelum mengakhiri kunjungan di kampus yang luas ini terlebih dahulu foto foto di ICON IPB. Sebagai tanda udah pernah ke IPB. haha
Kunjungan haro terakhi bertepatan dengan hari kamis yaitu menuju Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di daerah Jakarta. Cukup melelahkan menuju kesana, tapi namanya juga My Trip My Adventure wajib di coba daripada hanya mendengar cerita. Haha.
Menuju TMII dari bogor menghabiskan banyak waktu di jalan daripada disana. Hehe. Dari penginapan yang di awali sarapan biar kuat jalan, menggunakan angkot kampus dalam menuju laladon, dari laladon menuju baranangsiang, dari baranangsiang menuju Jakarta menggunakan bis antarkota denga tariff 15.000 rupiah, dari terminal kp. Rambutan menuju TMII menggunakan angkot jurusan TMII no 40 dengan tariff 5.000 sampai tujuan. Tapi tetap harus jalan jauh menuju ke dalam TMII.
TMII adalah cerminan Indonesia, taman yang maha luas ini sebenarnya tidak pantas di sebut taman karena Maha luasnya wilayah. Di TMII ini terdapat miniature Rumah adat dan pernak perniknya dari 33 provinsi di Indonesia. 1 rumah adat beserta halamannya bisa mencapai puluhan meter, bayangkan berapa luasnya. Karena luasnya wilayah yang akan di jalani maka ada alternative mengelilingi TMII tanpa harus putus kaki. Haha. Yaitu dengan menggunakan kereta wisata. Bisa yang di darat atau yang di atas TMII dengan tariff 30.000 . lumayan mahal karena jarak tempuhnya sedikit. Tapi setidaknya telah mengelilingi tanpa harus capek. Karena jika mau berjalan dari satu tempat diperlukan waktu hampir 30 menit. Maka jika harus menghabiskan melihat semuanya memerlukan waktu 1 hari 1 malam. Letak kereta ini di samping anjungan jambi dan Bengkulu. Maka tidak ada salahnya di coba bukan.
Keong Emas Theater juga salah satu wahana yang ada di TMII untuk menonton berbagai pertunjukan, ada napak tilas dalam bentuk video documenter, ada fil 3D hingga 4D. semuanya bisa dilihat disini. Akan tetapi karena waku yang tidak mencukupi maka lain waktu saja jika berkesempatan kesini lagi.
Hari terakhir sebelum kembali ke kota Jogya disempatkan silahturrahmi ke rumah sahabat semasa kuliah sembari menunggu jadwal bis . selama dari pagi sampai siang di kost Wulan ada beberapa informasi yang bisa di jadikan pelajaran. Untuk kost di kota bogor memang mahal, terutama di daerah kampong babakan samping IPB. Itupun belum tentu hiegenis. Maka mengontrak rumah dengan beberapa kamar bersama teman teman layak menjadi pertimbangan. Di kontrakan wulan hampir semuanya mahasiswa pascasarjana statistic. Kebayang gak tiap hari angka yang keluar beserta hipotesisnya. Wuahahaha… hampir yang di kontrakan Alhamdulillah kenal semuanya, ada Aifa, Mba Rita, Mba Sekti, Mba Icha dan Wulan sendiri. Terima kasih tempat dan special lunchnya lan. Semoga kita bertemu lain waktu.
Selama 3 hari di bogor mungkin lebih banyak capek daripada enggaknya, terutama capek hati #upss. Tapi setidaknya ada bahan buat di ceritakan ke anak cucu nanti. See you next time in new trip.

*sembari menanti adzan