Berguna
Sampai Akhir, Beramal Sampai Mati
Pernah kalian dengar
dari shahabiyah Rasulullah SAW berhenti berdakwah di beberapa tahun berakhir
sebelum wafat ?
Pernah kalian dengar
khulafaurrasyidin berhenti dari amanahnya sebelum amanahnya berakhir ?
Penah kalian dengan
ibunda Aisyah R.A. berhenti mengajarkan , meriwayatkan apa yang beliau dengar ,
lihat dari kehidupan Rasul kepada para murid2nya setelah wafatnya nabi ?
Pernah kalian baca
sejarah kapan tokoh ulama, kiai besar hingga imam masjid berhenti dari tugas
mereka sebelum tuntas kehidupan mereka di dunia ?
Tidak pernahkah kalian
mendengar mereka yang berjuang hingga akhir hayatnya atau kalian memang tidak
pernah membaca sejarah. Membentuk kader itu perlu, mendidik orang itu penting,
tapi ketika kader telah terbentuk, murid telah banyak tak lantas membuat kita
berhenti dari tugas, vakum dari kewajiban, lepas tangan tak lagi menoleh dan
tak lagi bersuara.
Amanah harus terus di
jalani, umur boleh menua karena tergerus masa, tapi semangat harus muda hingga
akhir masa. Ketika di pertanyakan kenapa terus bekerja , terus berusaha, terus
berbuat seakan tidak peduli yang lain, tidak peduli kalau bukan lagi masanya. Bukanlah
jawabannya karena ingin dilihat, ingin dominan, ingin acaranya terlaksana,
bukan… bukan juga karena tidak ada lagi tugas. Tapi disinilah pembuktian
komitmen bahwa amanah dari-Nya bukan dijadikan kambing hitam, bukan di jadikan
penghalang untuk berjuang di rumah-Nya.
“Bukan
Masjid yang butuh kita, tapi kita yang butuh Masjid”
Masjid jika tidak di
perjuangkan dia tetaplah bernama masjid, dia tetap diam di tempat. Tapi sia sia
belaka jika wadah yang telah ada tidak di pergunakan sebagaimana mestinya
karena hal hal kecil yang mengganggu.
Untukku dan untukmu
serta untuk kalian yang bernaung di rumah-Nya, atau bernaung atas nama-Nya. Berhati
hatilah dengan amanah yang di pegang. Teruslah berbuat sampai akhir, teruslah
beramal sampai mati. Karena kita takkan pernah tau sampai kapan umur ini
berakhir. Boleh jadi hari ini, boleh jadi esok. Boleh jadi suatu saat kita
takkan pernah lagi berada dalam indah naungan-Nya.
Lidah memang tak
bertulang, telinga juga hanya 2 untuk mendengar, tapi mata untuk melihat tidak
akan pernah mengingkari pandangannya bahwa mereka yang beramal tetap akan di
balas walaupun sebesar biji zarroh.
“Ingatlah
di hadapan-Nya kita hanyalah hamba, kita bukan Tuhan yang berhak menghentikan
sampai mana kita berjuang.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar