Jumat, 30 Oktober 2015

Berguna Sampai Akhir, Beramal Sampai Mati



Berguna Sampai Akhir, Beramal Sampai Mati



Pernah kalian dengar dari shahabiyah Rasulullah SAW berhenti berdakwah di beberapa tahun berakhir sebelum wafat ?
Pernah kalian dengar khulafaurrasyidin berhenti dari amanahnya sebelum amanahnya berakhir ?
Penah kalian dengan ibunda Aisyah R.A. berhenti mengajarkan , meriwayatkan apa yang beliau dengar , lihat dari kehidupan Rasul kepada para murid2nya setelah wafatnya nabi ?
Pernah kalian baca sejarah kapan tokoh ulama, kiai besar hingga imam masjid berhenti dari tugas mereka sebelum tuntas kehidupan mereka di dunia ?
Tidak pernahkah kalian mendengar mereka yang berjuang hingga akhir hayatnya atau kalian memang tidak pernah membaca sejarah. Membentuk kader itu perlu, mendidik orang itu penting, tapi ketika kader telah terbentuk, murid telah banyak tak lantas membuat kita berhenti dari tugas, vakum dari kewajiban, lepas tangan tak lagi menoleh dan tak lagi bersuara.
Amanah harus terus di jalani, umur boleh menua karena tergerus masa, tapi semangat harus muda hingga akhir masa. Ketika di pertanyakan kenapa terus bekerja , terus berusaha, terus berbuat seakan tidak peduli yang lain, tidak peduli kalau bukan lagi masanya. Bukanlah jawabannya karena ingin dilihat, ingin dominan, ingin acaranya terlaksana, bukan… bukan juga karena tidak ada lagi tugas. Tapi disinilah pembuktian komitmen bahwa amanah dari-Nya bukan dijadikan kambing hitam, bukan di jadikan penghalang untuk berjuang di rumah-Nya.
“Bukan Masjid yang butuh kita, tapi kita yang butuh Masjid”
Masjid jika tidak di perjuangkan dia tetaplah bernama masjid, dia tetap diam di tempat. Tapi sia sia belaka jika wadah yang telah ada tidak di pergunakan sebagaimana mestinya karena hal hal kecil yang mengganggu.
Untukku dan untukmu serta untuk kalian yang bernaung di rumah-Nya, atau bernaung atas nama-Nya. Berhati hatilah dengan amanah yang di pegang. Teruslah berbuat sampai akhir, teruslah beramal sampai mati. Karena kita takkan pernah tau sampai kapan umur ini berakhir. Boleh jadi hari ini, boleh jadi esok. Boleh jadi suatu saat kita takkan pernah lagi berada dalam indah naungan-Nya.
Lidah memang tak bertulang, telinga juga hanya 2 untuk mendengar, tapi mata untuk melihat tidak akan pernah mengingkari pandangannya bahwa mereka yang beramal tetap akan di balas walaupun sebesar biji zarroh.
“Ingatlah di hadapan-Nya kita hanyalah hamba, kita bukan Tuhan yang berhak menghentikan sampai mana kita berjuang.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar